Perusahaan perkapalan Taiwan International Ports Corporation
Ltd. (TIPC), yang juga mengoperasikan pelabuhan, menyatakan akan memberikan
kompensasi sebesar 5 juta dolar Taiwan atau sekitar Rp2 miliar untuk keluarga
masing-masing nelayan migran yang meninggal karna insiden jembatan ambruk pada dua
hari lalu.
"Perahu mereka hancur di bawah jembatan yang telah runtuh
di Yilan County," ungkap seorang pejabat TIPC hari Rabu yang dikutip dari
Focus Taiwan, Kamis (3/10).
Jembatan di atas pintu masuk ke Pelabuhan Nanfang'ao
tiba-tiba langsung ambruk sekitar jam 09.30 pagi Selasa lalu sehingga menghancurkan
tiga perahu nelayan.
"Keluarga dari masing-masing nelayan migran yang sudah meninggal
diperkirakan akan menerima NT USD 5 juta sebagai kompensasi, sementara 10 yang
terluka - termasuk sembilan nelayan migran dan satu pengemudi Taiwan-- akan
menerima antara NTD 10.000 berkisar Rp4,5 juta dan NTD 36.000 atau sampai Rp16
juta," ungkap Kepala Sekretaris TIPC Lin Chien-ming.
Menurut Manila Economic and Cultural Office (MECO), beberapa
korban tragedi jembatan ambruk ini memiliki kerabat yang bekerja di Taiwan, hingga
beberapa anggota keluarga mereka juga ada pada tempat kejadian.
Baca Juga : Mimpi Setinggi Langit Pariwisata Arab Saudi
Keluarga juga akan menerima bantuan keuangan dan juga pemakaman
dari pemerintah Filipina, dan MECO juga akan membantu dalam pemulangan jenazah
mereka.
Sementara ini, perwakilan dari Indonesia untuk Taiwan, Didi
Sumedi selaku Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei mengatakan
kepada CNA jika pihaknya masih berusaha untuk melakukan kontak dengan keluarga
terdampak dan juga menawarkan bantuan.
Media Focus Taiwan menyebut, jika pihak berwenang setempat sudah
menemukan lima jasad nelayan migran -- tiga diidentifikasi WNI dan dua itu
berasal dari Filipina.
"Para korban diidentifikasi ialah Wartono dari
Indonesia berumur 29 tahun, Andree Serencio dari Filipina berumur 44 tahun,
Ersona warga Indonesia berumur 32 tahun, George Impang yang berasal dari Filipina
berumur 46 tahun, dan juga Mohamad Domiri dari Indonesia dengan umur 28
tahun," menurut Yilan Emergency Operation Center.
Menurut Yilan Emergency Operation Center, nelayan migran
terakhir yang ini masih hilang ialah warga Filipina berumur 29 tahun bernama
Romulo Escalicas.
Tseng Yen-pu, perwakilan dari agen tenaga kerja Sang Yi
International Co., Ltd., broker untuk para nelayan di Taiwan, mengatakan mereka
tak dilindungi oleh asuransi kecelakaan kelompok.
0 Komentar