Pada beberapa waktu lalu telah terjadi kehebohan di Thailand ketika bayi dugong yang ditemukan mati karna telah menelan sampah plastik di perairan yang dangkal. Peristiwa ini membuat Thailand menjadi waspada tentang tentang sampah plastik.

Kejadian ini juga telah menjadi perbincangan di tengah masyarakat. Mereka juga sudah menyerukan pemerintah supaya bertindak untuk menangani penggunaan kantong plastik di supermarket dan juga toko serba ada, dilansir dari Asia One (9/9).

Setelah menanyakan CP All, pemilik swalayan 7-eleven , tentang langkah mereka terhadap sampah plastik dan hasilnya, ternyata toko swalayan ini sudah melakukan kebijakan untuk mengurangi penggunaan plastik dengan waktu lamanya 10 tahun.

Kampanye bertuliskan, "kurangi kantong plastik setiap hari, Anda juga bisa melakukannya". Hal ini sudah menghemat biaya 646 juta kantong plastik untuk perusahaan, dan uang yang dihemat ini masih bisa disumbangkan ke rumah sakit untuk peralatan medis juga.

Pada tanggal 29 Agustus, CP All telah mengatakan saat ini menyumbangkan USD 5,6 juta.

Tahun 2015, Tesco Lotus sudah memulai kampanye untuk pelanggan "katakan tidak untuk plastik" dan juga bahkan memperkenalkan berbagai insentif seperti poin hadiah.

Pada Agustus tahun ini, Tesco sudah menerapkan kebijakan untuk tak membagikan plastik untuk satu atau dua barang di semua 1.800 hypermarket.

Amazon Cafe telah mengungkapkan, pelanggan yang membawa cangkir sendiri untuk kopi meningkat dari sekitar 1,8 juta pada 15 Januari menjadi 2,2 juta pada tanggal 15 Agustus.

Kedai kopi Amazon dilaporkan sudah menghemat penggunaan gelas plastik sebanyak 16,7 juta, rata-rata 2,2 juta gelas per bulan.

Tapi, Kafe Amazon di dekat Menara Interlink dipantau pada saat makan siang selama satu jam, ditemukan jika tak satu pun orang yang membawa cangkir mereka sendiri ke kedai kopi itu.

Di sisi lain staf tetap berkeras jika 20 sampai 30 pelanggan reguler juga membawa cangkir mereka sendiri untuk diskon sebesar 5 baht. Perilaku pembeli juga dipantau, apakah mereka benar-benar telah berubah.

Pada 31 Agustus lalu, diputuskan tes untuk menghitung pelanggan di Tesco Lotus dan 7-eleven yang juga menolak kantong plastik. Tes di Tesco Lotus (Seacon Square) berlangsung selama satu jam, ditemukan 453 pembeli juga masih meminta kantong plastik, dan kini hanya 29 orang yang menolak kantong plastik atau menggunakan tas belanja mereka sendiri.

Selama satu jam ini juga ditemukan rata-rata pembeli individu juga menggunakan satu atau dua kantong plastik, sementara keluarga yang lain beranggotakan empat orang rata-rata menggunakan delapan hingga 10 kantong plastik.

Delapan pembeli itu ditemukan menggunakan kantong plastik untuk produk basah dan juga tas kain untuk produk kering.

Tes lain juga dilakukan di 7-eleven yang terletak berlawanan dengan Central Plaza Bagna durasi satu jam. Hasil yang telah ditemukan menunjukkan 27 pelanggan masih menuntut kantong plastik, sementara 23 orang membeli rokok, air botolan, atau kopi, menolak untuk menggunakan kantong plastik.

Hanya tiga orang yang terlihat saat itu membawa tas belanja mereka sendiri. Setelah mendengar tentang tes tersebut, Tesco Lotus mengumumkan pada tangggal 02 September jika semua jalur "keluar" ekspres di 200 hypermart akan menjadi "jalur hijau" dan tak akan membagikan kantong plastik. Dikatakan jika tujuannya untuk mengakhiri lingkaran kemasan, dan bukan hanya membatasi kantong plastik sekali pakai.

Meskipun belum ada kepastian apakah langkah telah ini berhasil atau tidak, tapi perusahaan sudah mengambil langkah lebih awal supaya mengantisipasi masalah lingkungan.

Pada akhir tahun ini, Thailand juga sudah mengumumkan akan berhenti memproduksi tiga jenis plastik yakni, tutup botol, plastik mikro, dan juga plastik yang bisa terdegradasi.

Hal ini juga dapat bertujuan untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai tahun 2022.

Meskipun upaya ini bersama dilakukan oleh Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan bersama jaringan supermarket sudah mengurangi lebih dari 2 miliar kantong plastik atau 5.755 ton plastik senilai 400 juta baht sejak 21 Juli 2018 hingga 31 Agustus 2019, para ahli saat ini sangat ragu apakah ini bisa untuk mengakhiri polusi.

Anusorn Tamajai, dekan Fakultas Ekonomi di Universitas Rangsit mengatakan, pemerintah juga harus membuat langkah-langkah baik jangka pendek atau jangka panjang supaya mengatasi polusi plastik, dan menyarankan supaya memberlakukan pengenalan pajak polusi.

Kini belum ada pesan yang jelas tentang subyek dari pemerintah supaya mengatasi masalah polusi udara dan plastik, meskipun banyak organisasi konservasi dan juga lembaga pemerintah terkait sudah menyarankan untuk negara memberlakukan pajak "polusi" atau " hijau ".

Saran lain juga yang disampaikan ialah menerapkan prinsip "membayar polusi", dari mana produsen polusi harus menanggung biaya kerusakan kesehatan masyarakat juga lingkungan. Kebijakan seperti ini terbukti telah berhasil di berbagai negara.

Salah satu negara pertama yang menggunakan pajak untuk kantong plastik ialah Irlandia tahun 2022 nanti.

Irlandia juga berhasil mengurangi konsumsi kantong plastik sekali pakai sebesar 90 persen, dan juga telah menghasilkan USD 9,6 juta untuk proyek lingkungan.

Negara-negara lain yang kini menerapkan larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai ialah Inggris, Australia, Selandia Baru, Prancis, Belanda, dan China.