Arab Saudi menjadi salah satu negara importir senjata terbesar di dunia kemarin mengumumkan akan memberi izin untuk perusahaan yang akan memproduksi senjata api, amunisi, dan bahan peledak militer, peralatan militer individu, peralatan militer, dan elektronik militer di negeri yang kaya minyak itu. Arab Saudi dengan kata lain sedang membangun industri militernya sendiri.

Kantor berita Saudi, SPA, telah melaporkan Otoritas Umum untuk Industri Militer (GAMI) mulai melisensikan perusahaan untuk memproduksi amunisi, senjata api, bahan peledak militer, peralatan militer, peralatan militer individu, dan juga elektronik militer.

Dilansir dari laman Reuters yang dikutip Haaretz, Senin (9/9), Gubernur GAMI Ahmed al-Ohali mengatakan kebijakan itu akan membuka pintu untuk investasi asing dan lokal di sektor ini.

Putra Mahkota Saudi Muhammad bin Salman mengumumkan, investasi juga sangat dibutuhkan untuk memenuhi reformasi dan juga menginginkan Riyadh supaya memproduksi atau merakit setengah dari peralatan pertahanannya secara lokal untuk menciptakan 40.000 peluang lapangan kerja untuk orang Saudi pada 2030.

Saudi selama ini mengimpor senjata terutama dari Amerika Serikat.

Tahun lalu Gedung Putih mengumumkan untuk Kongres AS sudah menyepakati penjualan senjata senilai USD 1 miliar atau Rp 13,7 triliun kepada Arab Saudi. Adapun paket penjualan ini mencakup 6.700 tank anti-rudal buatan dari Amerika Serikat.

Dilansir dari laman Fox News, Jumat (23/3/2018), penjualan itu juga termasuk alat penunjang, pemeliharaan, dan juga suku cadang tank AS, helikopter, dan juga peralatan lain yang sudah ada di gudang Saudi. Anggota parlemen diberi waktu sebanyak 30 hari untuk menyetujui atau menolak kesepakatan ini semua.

Pengumuman tersebut dibuat dua hari setelah Putra Mahkota Saudi Muhammad bin Salman sebelumnya melawat ke AS dan bertemu dengan Presiden Donald Trump.