Seiring dengan prediksi dari kabut asap bisa semakin parah, pemuda dari Malaysia ini meminta pemerintah langsung melakukan aksi nyata. Seorang pria yang berasal dari Malaysia menyerukan gerakan kipas angin supaya mengembalikan kabut asap kepada Indonesia.

"Saya menyerukan untuk rakyat Malaysia keluar pada tanggal 16 (September), bawa keluar kipas angin dan kita harus arahkan ke Indonesia," kata Farhan melalui akun Twitter @lamkanahraf.

Hingga Jumat (13/9), dari usulan pria yang mengaku menjadi fotografer itu sudah diunggah ulang lebih dari 18.000 kali.

Salah satu warga yang menanggapi usulan Farhan dengan mengunggah sebuah foto ilustrasi di Menara Kuala Lumpur. Ilustrasi itu menunjukkan ide unik supaya mengubah menara setinggi 421 meter itu menjadi kipas angin raksasa.

"Secara kolektif, kita juga pasti bisa meniup belik kabut asap ke Indonesia! Ayo rakyat Malaysia!!" katanya.

Gerakan yang dilakukan oleh Farhan seolah menjadi sindiran, baik itu pemerintah Malaysia ataupun Indonesia supaya berhenti saling menyalahkan dan segera bertindak. Dikutip dari laman The Star, sejumlah pemuda Malaysia telah menilai, bencana kabut asap juga perlu dilihat sebagai bagian dari perubahan iklim dan juga kerusakan lingkungan yang sedang dihadapi dunia.

Mimie Rahman (28) mengatakan, pemerintah dan juga warga harus bisa bekerja sama supaya memerangi kabut asap, daripada malah saling menuduh.

"Buat perubahan, tak hanya untuk negara ini, namun secara global untuk memerangi bukan hanya masalah kabut asap tapi juga isu lain terkait perubahan iklim," ungkapnya, seperti yang dikutip dari The Star pada Jumat (13/9).

Mimie juga menambahkan, warga juga sangat berperan aktif untuk upaya mengatasi dari kabut asap yang semakin memburuk. "Ketika kita melihat kebakaran di ruang terbuka, maka kita perlu melakukan sesuatu dan berhenti untuk hanya melihat saja," katanya.

Sejalan dengan Mimie, Victor Raj (27) sangat meyakini banyak hal yang sangat perlu dilakukan, demi meningkatkan kesadaran tentang perubahan iklim. Ungkap Victor, kebanyakan orang sangat sibuk mementingkan kebutuhan hariannya, sehingga tak memikirkan dampak perubahan iklim yang sedang mengancam.

"Orang-orang tak berempati dengan perubahan iklim karna tak melihat dampaknya langsung di kehidupan mereka," kata kepala humas dan juga pemasaran di sebuah organisasi advokasi sosial ini.

"Jika kita kehilangan planet kita, maka kegiatan apapun tak akan relevan lagi," ungkapnya di tengah peluncuran Festival Regional Pemuda Asia 2019 kemarin.

Festival tersebut dibuat supaya mendukung program PBB tentang pembangunan berkelanjutan 2030.

Pada kesempatan tersebut, Victor juga telah menyatakan dukungannya untuk Menteri Energi, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Lingkungan dan juga Perubahan Iklim Yeo Bee Yin. Menurutnya, Menteri Yeo Sudah sangat bekerja keras pada upaya memerangi perubahan iklim.

Lebih lanjut, Victor juga sudah meminta pemerintah Indonesia supaya meningkatkan edukasi untuk pekerja pertanian dan perkebunannya. Edukasi ini ditujukan agar para petani tak menempuh jalan pintas, membuka lahan dengan pembakaran terbuka yang selama ini selalu menjadi penyebab dari kabut asap di Sumatra dan Kalimantan.

Sementara ini, Keshia Mahmood (26) berpendapat, pemerintah Indonesia dan Malaysia juga harus mempererat kerja sama untuk memerangi bencana kabut asap yang sedang melanda di wilayah Malaysia, Kalimantan, hingga Sumatera. Dia menambahkan, dari perubahan iklim yang ada di kawasan Asia pasifik.

"Saya pikir pemerintah Malaysia sudah melakukan yang terbaik untuk bisa dilakukan. Saya hanya berharap mereka (Pemerintah Indonesia dan Malaysia) bisa bekerja sama untuk menemukan solusi," ungkapnya.