Selama ini, jagung adalah salah satu bahan makanan yang sangat
digemari di Indonesia. Tapi siapa sangka jika jagung, lebih khusus kepada
bagian tongkolnya yang memiliki manfaat lain.
Kandungan Sun Protector Factor (SPF) tinggi rupanya juga tersimpan
pada tongkol jagung. Tongkol jagung atau bonggol jagung biasanya juga menjadi
limbah yang akan dibuang.
Berdasarkan dari data Badan Pusat Statistik tahun 2015,
produksi jagung pada tahun 2014 sebesar 19.008.426 ton. Angka tersebut naik
sebesar 496,57 ribu ton dibandingkan pada tahun 2013. Peningkatan produksi yang
disebabkan dengan adanya peningkatan produktivitas sebesar 1,1 kuintal per
hektar.
Tidak ayal, limbah tongkol jagung juga sangat berlimpah.
Diperkirakan limbah dari tongkol jagung juga dihasilkan di Indonesia dengan sekitar
5,7 juta ton per tahun. Sebagian besar limbah itu hanya dibakar dan dibuang.
Jika ada yang memanfaatkan pun, limbah tongkol jagung itu makanan ternak.
Berawal dari kepedulian Indri Kusuma Dewi kepada pemanfaatan
limbah tongkol jagung, dia telah berhasil membimbing dan juga mengantarkan tiga
mahasiswa Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan Surakarta,
Jawa Tengah sedang melakukan inovasi membuat gel tabir surya.
"Saya juga membimbing tiga mahasiswa untuk membuat
karya tulis ilmiah. Yang mengejutkan memang setelah kami tes laboratorium dan juga
dilihat dari angka SPF-nya, kandungan SPF tongkol jagung tinggi. Ternyata
SPF-nya 20,8 kategori ultra. Ultra ini kategori SPF cukup tinggi," kata Indri,
yang berprofesi menjadi dosen Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian
Kesehatan Surakarta pada saat itu berbincang dengan Health Liputan6.com.
Bertahan Kira-Kira sampai 5 Jam
Tongkol jagung yang mengandung zat fenolik dan juga flavonoid.
Kedua zat itu berperan menjadi antioksidan yang juga dapat melindungi kulit
dari paparan sinar ultraviolet (UV).
Dari jurnal yang berjudul Aktivitas Anti UV-B Ekstrak
Fenolik dari Tongkol Jagung (Zea maysL.) yang dipublikasikan pada jurnal MIPA
Unsrat Online pada 2012, senyawa-senyawa fenolik juga bisa berperan menjadi bahan
aktif tabir surya.
Tongkol jagung yang sebagiannya menyimpan makanan untuk
pertumbuhan biji jagung dan juga melekat pada tongkol. Oleh sebab itu, tongkol
jagung diduga memang memiliki senyawa-senyawa yang aktif dan bisa berpotensi menjadi
bahan aktif tabir surya.
"Sayangnya, pemanfaatan dari tongkol jagung juga belum
diarahkan kepada produk kecantikan. Makanya, mahasiswa kini mengembangkan
tongkol jagung ke arah gel tabir surya," kata Indri.
SPF yang sangat tinggi menentukan seberapa besar produk
tertentu juga telah berhasil melindungi kulit. Jika 10 menit, kulit masih aman hingga
kena paparan UV, tanpa adanya penggunaan tabir surya. Tapi, selang 15 menit,
kulit juga bisa terbakar bila tak ada perlindungan tabir surya.
Baca Juga : AGEN POKER UANG ASLI TANPA ROBOT
"Kandungan SPF tinggi yang sangat tinggi sampai angka
20 kira-kira dapat bertahan memberikan perlindungan kulit hingga 300 menit.
Perhitungannya angka SPF 20 telah dikalikan paparan sinar UV 15 menit. Hasilnya
kira-kira 300 menit atau hingga 5 jam. Artinya, gel tabir surya dari tongkol
jagung dapat memberikan pertahanan kulit hingga 5 jam terhadap sinar UV,"
Indri mengatakan.
Baru Uji Laboratorium
Gel tabir surya dari bahan tongkol jagung baru uji
laboratorium. Meskipun produk itu dipamerkan pada ajang inovasi pameran alat
kesehatan, gel itu tak diproduksi luar. Tak pula diperjualbelikan.
"Produk gel tabir surya tongkol jagung tidak dapat diproduksi
massal. Kami tidak punya izin edar dan di kamus juga belum menyasar soal bisnis
(membuka peluang bisnis dari produk sendiri). Jika ada acara hanya dipajang
saja. Tidak dijual. Paling untuk kalangan sendiri saja," kata Indri dengan
tersenyum.
Gel tabir surya pun juga belum dilakukan uji coba kepada
manusia. Seberapa besar efek dan juga penggunaan kepada manusia juga belum
diketahui dengan jelas.
"Iya, baru uji laboratorium secara in vitro, yang mana
dilihat, dianalisis dan menentukan nilai SPF. Ini untuk diperoleh dari hasil
SPF. Uji cobanya juga belum sampai kepada tahap manusia," kata Indri.
Walaupun juga belum uji coba kepada manusia, penggunaan
limbah tongkol jagung juga mempunyai nilai berbeda dibanding tabir surya dari
bahan kimia. Ini karna menggunakan bahan lokal. Dari segi harga pun juga cukup ekonomis,
murah, dan ramah lingkungan.
Kerjasama dengan Industri
Indri berharap gel tabir surya yang berbahan baku tongkol
jagung bisa diproduksi secara massal sehingga masyarakat dapat memanfaatkannya.
Untuk menemukan dengan rinci apa khasiat gel itu akan dilakukan studi lebih
lanjut.
"Siapa tahu juag dapat kerjasama dengan industri dan langsung
bisa dipakai. Pada saat ini kan belum dimanfaatkan gel tabir suryanya.
Selanjutnya, saya sedang ambil S3 untuk soal zat aktif yang terkandung pada
tongkol jagung, lalu uji coba yang berkaitan dengan proses whitening," kata
Indri yang mengambil S3 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini.
Kehadiran gel tabir surya dari limbah tongkol jagung
menunjukkan, produk tersebut tak kalah dari produk industri tabir surya yang juga
berbahan kimia. Produk lokal pun juga dapat berkompetisi dengan produk sintetis
kimia.
"Ya, juga bisa dibilang produk kami tidak kalah dari
produk industri tabir surya yang berbahan sintetis (kimia). Kami juga berani
berkompetisi. Namun kami memang perlu penelitian yang lebih lanjut karna pemanfaatannya
belum bisa dibandingkan pada uji klinis kepada manusia," Indri
menerangkan.
Proses dari pembuatan gel tabir surya juga membutuhkan
proses. Limbah jagung limbah yang harus melalui proses ekstrasi dengan
serangkaian uji parameter. Tongkol jagung juga dapat dikeringkan.
Diuji kadar airnya terlebih dulu . Kadar air juga harus
bagus dengan konsentrasi 10 persen.
"jika kadarnya telah bagus akan diekstrasi. Butuh lima
hari itu. Jika membuat gel tabir suryanya tinggal dicampur-campur saja bahan.
Enggak lama juga sih nyampur-nyampurnya," kata Indri.
0 Komentar