Pengamat otomotif yakni, Agus Tjahajana Wirakusumah, menyebutkan jika mobil Esemka yang diproduksi dari PT Solo Manufaktur Kreasi, juga harus menggandeng investor lain. Tujuannya agar bisa membantu dalam memenuhi kekurangan yang ada dan juga membuat harga jualnya lebih murah.


"Jadi harus bisa menggandeng investor. Harus kuat R&Dnya (penelitian), harus mengandeng investor, harus punya cukup, jangan semua resiko tetap saja diambil sendiri, komponennya juga harus dibagi-bagi," ungkap Agus pada saat dihubungi Merdeka.com, Jakarta, Jumat (6/9).

Sementara ini, menurutnya, supaya bisa bersaing di pasar Indonesia, Esemka juga harus mengikuti selera pasar. Selain ini, pelayanan purna jual prima seperti memiliki onderdil yang sangat lengkap dan juga gampang dicari supaya menarik konsumen.

"Pertama pabrik mobil juga harus murah dan bisa bersaing. Jika rusak harus langsung ada onderdilnya mudah (dicari). Semua orang bisa saja memperbaiki, ini saja yang diminta konsumen. Coba jika susah mencari onderdil, kan tak mau," katanya.


Selain ini, dia juga mengatakan jika dalam menjual mobil pada pasar Indonesia juga harus memiliki pembaruan, baik dari segi model ataupun tampilan mobil setiap tiga tahun sekali supaya bisa menarik perhatian dari konsumen.

"Sekarang ini juga bikin mobil itu sudah tiga tahun sekali satu model. Tak mungkin (perusahaan) datang ke pasar hanya untuk satu model. Ia juga harus memiliki model berikutnya," katanya.

Ia juga mengatakan jika dalam pembuatan mobil, juga harus memiliki konsep yang matang dan memperhatikan rantai bisnis dalam penjualan mobil untuk bisa tetap bertahan di pasar Indonesia.

Sebagai informasi, Presiden Joko Widodo telah meluncurkan mobil hasil karya Siswa Jurusan Otomotif Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Trucuk, Klaten, Jawa Tengah pada hari ini, Jumat (6/9). Mobil Esemka yang telah diluncurkan yakni Bima 1.200 cc dan 1.300 cc dengan harga yang lumayan Rp 95 juta (sebelum terkena biaya lain-lain).