Setelah melambungkan Wali Kota Surakarta Joko Widodo hingga menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 2012 dan juga terpilih menjadi presiden ketujuh sejak dari tahun 2014, mobil Esemka seperti lenyap ditelan bumi.

"Namun bukan berarti mobil Esemka pada kurun waktu itu telah mati suri," ungkap salah satu inisiator mobil Esemka sekaligus perintis PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) Dwi Budhi Martono yang akrab disapa Totok pada saat ditemui Tempo di kantornya pada Rabu, 11 September 2019.


Guru teknik otomotif SMK Negeri 2 Surakarta itu mengatakan, PT Esemka didirikan pada tahun 2010 dan mematenkan merek Esemka pada tahun yang sama. Pada Saat itu, prototipe mobil Esemka memang masih dirakit di sejumlah sekolah yang menjadi embrio lahirnya PT Esemka, di antaranya yakni SMKN 2 Surakarta dan SMK Warga Surakarta.


"Pada saat diuji pertama kali di Jakarta pada 2010, tak lulus. Salah satu penyebabnya ialah sorot lampu yang mengarah keluar atau samping, tak mengenai sensor alat uji yang ada di depan," ungkap Totok

Sebelum mobil Esemka digunakan menjadi mobil dinas Wali Kota Surakarta Jokowi pada 2012, Totok berujar, PT Esemka mengirimkan 18 siswa SMK untuk berlatih membuat bodi dan juga pengecatan (finishing) di bengkel Kiyat Motor Klaten sampai tiga bulan. "karna untuk memasukkan lampu itu harus mengubah grill, kap mesin, dan lain-lain," kata Totok.


Berkat serangkaian perombakan yang memakan waktu sekitar dua tahun, termasuk juga mengubah lampu, memangkas bobot dan lain-lain, mobil yang sebelumnya gagal tes lima kali berturut itu akhirnya dinyatakan lulus uji oleh Balai Pengujian Laik Jalan dan juga Sertifikasi Kendaraan Bermotor (BPLJSKB) dan mendapatkan Surat Regristasi Uji Tipe (SRUT) pada tanggal 28 Agustus 2012. SRUT termasuk syarat untuk mendapatkan BPKB.

"Setelah memiliki sampel produk, produk yang bisa dirakit, dan juga kelengkapan dokumen, PT Esemka berniat untuk membuat assembly line (proses manufakturing) yang besar pada tahun 2014," ungkap Totok. Keinginan ini disambut oleh Presiden Jokowi yang juga mempertemukan PT Esemka dengan pihak investor pada 2015.

"Dari pertemuan Bersama investor itu, sudah tak memungkinkan lagi untuk melakukan perakitan di sekolah-sekolah. PT Esemka harus punya assembly line sendiri hingga akhirnya dipilihlah di Boyolali (Desa Demangan, Kecamatan Sambi) menjadi lokasinya," ungkap Totok.

Seiring berkembangnya PT Esemka juga menjadi perusahaan manufaktur yang berorientasi bisnis murni, dari para perintis PT Esemka yang berstatus guru PNS termasuk Totok pun juga telah mengundurkan diri. "Pak guru-pak guru kok nyambi (punya pekerjaan sambilan) di PT Esemka, yo diseneni (dimarahi)," ungkap Totok sambil tertawa.

Meski tak bergabung dalam manajemen PT Esemka saat ini, Totok mengaku juga masih menjadi konsultan jika perusahaan itu sewaktu-waktu mengalami kendala dari sisi teknik otomotif. "dan inisiator sekaligus perintis, tentu kami juga mendapat penghargaan dari PT Esemka," ungkap Totok tanpa menyebutkan wujud penghargaan itu.