Hasil dari penyelidikan kantor berita AFP dan juga analisis
foto satelit mengungkapkan kabar mengejutkan tentang nasib dari muslim Uighur
di Provinsi Xinjiang China. Negeri Tirai Bambu yang terungkap menghancurkan
pemakaman turun-temurun dari keluarga muslim Uighur.
Meski dari pihak otoritas setempat menyebut kebijakan itu ialah
demi pembangunan kota atau peremajaan kuburan tua, warga Uighur juga yang
tinggal di pengasingan mengatakan penghancuran makam-makan itu ialah upaya
negara untuk memberangus identitas dan juga mengontrol segala aspek kehidupan
warga Uighur.
"Ini ialah bagian dari upaya China untuk memberangus
segala bentuk bukti tentang siapa kami. Kebijakan ini juga membuat kami menjadi
seperti etnis Han China," ungkap Salih Hudayar, muslim Uighur yang juga mengatakan
makam kakek buyutnya telah dihancurkan, seperti dilansir laman Telegraph, Rabu
(9/10).
Baca Juga : Erdogan Ancam Kirim 3,6 Juta Pengungsi ke Eropa
"ini sebabnya mereka juga akan menghancurkan semua
situs sejarah, pemakaman, untuk membuat kami terputus dari sejarah, dari para
nenek moyang kami," ungkap dia.
Tahun lalu itu kelompok etnis Uighur yang tinggal di luar
negeri melaporkan otoritas China pada saat ini sedang berupaya membuat aturan
pengelolaan dan pemakaman menjadi bagian dari pengawasan pemerintah hingga ke
aspek paling pribadi dari warga.
Hasil penyelidikan terbaru juga telah mengklaim penghancuran
pemakaman ini dilakukan dengan cara-cara yang sama sekali tak menghormati
makam. Jurnalis AFP juga menemukan tulang belulang manusia tercerai berai di
tiga lokasi dan juga di lokasi lain kuburan dijadikan hanya untuk tumpukan
batu.
Sekitar satu juta etnis Uighur ini kebanyakan muslim juga dikumpulkan
di sejumlah kamp di Xinjiang dengan alasan menyingkirkan ekstremisme dan juga separatisme.
Mantan tahanan di kamp yang juga diwawancarai the Telegraph
menceritakan bagaimana ia mengalami penyiksaan di kamp dan juga dipaksa untuk
menghafal propaganda Partai Komunis China dan juga meninggalkan Islam.
Warga Uighur yang tak ditahan diintimidasi dengan sejumlah
aturan ketat, termasuk juga larangan berjenggot dan memakai hijab.
Analisis foto satelit dari Earthrise Alliance dan memperlihatkan
pemerintah China, pada tahun 2014, meratakan sedikitnya 45 makam Uighur itu,
termasuk ada 30 di antaranya pada dua tahun terakhir.
Pemerintah Xinjiang sejauh ini tak merespons permintaan
tanggapan atas kabar ini.
"Penghancuran ini juga bukan hanya soal persekusi
agama," ungkap Nurgul Sawut yang lima generasi keluarganya dimakamkan di
Yengisar, sebelah barat daya Xinjiang.
"Ini juga lebih jauh dari itu," ungkap Sawut yang
kini tinggal di Australia dan juga masih sempat pulang ke Xinjiang pada tahun 2016
untuk menghadiri pemakaman ayahnya.
"Kalau makam dihancurkan,ini berarti memutus rantai
sejarah siapa pun yang dikuburkan di dalam tanah itu."
0 Komentar